Saling serang dengan kata-kata untuk mengajukan alasan atau argumen masing-masing, acapkali membuat emosi tidak terkendali, sehingga potensial terjadi konfrontasi. Agar perdebatan tidak berkepanjangan, kuasai aturan dasar berargumentasi.
KONDISI FIT
Jangan pernah mendiskusikan masalah penting ketika Anda lelah. Pasalnya, ketika lelah, Anda akan menanggapi sesuatu dengan sikap yang terdistorsi. Jika lawan bicara lelah, tundalah diskusi tersebut sampai kondisinya membaik.
MAKSIMALKAN TELINGA
Biasanya dua orang yang sedang berdebat akan berlomba berbicara. Hal tersebut hanya akan menguras energi. Dengarkan argumentasi lawan bicara sampai tuntas. Kadang-kadang, seseorang sulit memilih kata yang tepat untuk menyatakan pendapatnya. Dengarkan dengan sabar kalimat demi kalimat yang dilontaran lawan bicara. Jangan cepat mengambil kesimpulan sebelum kalimatnya selesai.
BAHASA SIMPATIK
Gunakan kalimat bernada simpatik untuk mendebat pendapatnya. Jangan mulai dengan kalimat, "Anda salah karena...", akan terdengar enak di telinganya jika Anda memulai dengan kalimat, "Saya memahami cara berpikir Anda, namun apakah tidak sebaiknya..."
PERHATIKAN INTONASI
Aturlah nada suara agar tetap terdengar lembut. Apabila lawan bicara mulai jengkel, usahakan tetap tenang. Apabila lawan bicara meninggikan nada suaranya, jangan terpancing dan tenggelam dalam emosi yang berlebihan. Tetaplah proaktif dan bicaralah dengan tenang. Ini akan membuat nada suara lawan bicara Anda ikut merendah.
Apabila lawan bicara tidak dapat berbicara secara rasional, katakan bahwa Anda akan mendiskusikannya di lain waktu, dalam suasana yang lebih kondusif.
MEMAAFKAN DAN MELUPAKAN
Ketika perbedaan pendapat muncul, hindari mengungkit-ungkit kesalahan dia di masa lalu. Yang Anda hadapi adalah persoalan hari ini, bukan persoalan kemarin. Jangan menjadi orang yang suka mengorek kesalahan di masa lalu, tapi fokuslah pada mengatasi masalah yang terjadi saat ini.
JANGAN MELIBATKAN PRIBADI
Pandanglah masalah secara obyektif dan jangan melibatkan pribadi. "Apa maksud Anda? Kata-kata Anda melukai prasaan saya!" Komentar-komentar ini sering terdengar dalam situasi diskusi yang memanas. Ingat, hanya karena seseorang tidak menyukai pendapat Anda, bukan berarti dia tidak menyukai Anda. Anda dan pendapat Anda adalah dua hal yang berbeda.
SERTAKAN BUKTI
Lengkapi argumentasi Anda dengan bukti atau data yang akurat. Berdebat tanpa bukti atau data yang kuat hanya akan mempermalukan diri sendiri. Siapkan amunisi berupa data penunjang yang mendukung argumentasi, sebelum masuk ke ruang diskusi.
TERIMA KEKALAHAN
Jangan bersikukuh pada pendapat sendiri. Pandanglah suatu peristiwa dari berbagai sisi. Anda mungkin menganggap pendapat Anda benar. Tapi cobalah membuka diri. Jangan eogis. Introspeksi diri, barangkali memang ada yang kurang dari data atau informasi Anda.
MINTA MAAF
Meski yakin bahwa Anda benar dan orang lain salah, tidak ada salahnya meminta maaf jika perkataan Anda menyinggung hatinya. Permintaan maaf Anda akan menurunkan ego orang itu dan membuatnya tahu bahwa ia sangat berarti bagi Anda. Mungkin Anda tidak sependapat dengannya, tapi paling tidak Anda menghargainya.
BERKEPALA DINGIN
Seburuk apa pun ucapan lawan bicara, tanggapi dengan kepala dingin. Kunci utama memenangkan argumentasi adalah tetap tenang walau lawan bicara menyerang habis-habisan. Pikirkan hal-hal yang baik ketika perdebatan sudah memuncak. Wajah Anda akan terlihat selalu tenang. Dan ini akan membuat lawan bicara kalah wibawa.
SPORTIF
Ketika dalam suatu rapat pendapat Anda dikalahkan oleh suara terbanyak, terimalah dengan lapang dada. Anda boleh menganggap pendapat Anda benar, tapi ketika rapat sudah memutuskan, Anda harus menerima dan menjalankannya dengan baik. Hindari membawa perdebatan di dalam rapat ke luar ruangan.
Tuesday, May 20, 2008
ARGUMENTASI tanpa EMOSI
Work Silent Killer
Suka menunda pekerjaan sudah jadi penyakit umum di dunia kerja. Saking common-nya, banyak orang lantas menjadikannya pemakluman. Efek jangka pendeknya jelas: merepotkan. Bila tak segera disembuhkan, kebiasaan ini bisa jadi "penyakit mematikan".
Salah satu penelitian yang dilakukan Timothy Pychyl, Director of the Procrastination Research Group at Carleton University, Ottawa, menyebutkan, hampir 70 persen penduduk Amerika Utara memiliki problem suka menunda-nunda. Jadi, Anda tak perlu merasa sendirian.
Tapi, bukan berarti ini bisa jadi pembenaran. Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif dan bergerak ceat, penundaan selalu berpotensi merugikan. Bukan cuma bagi perusahaan, tapi juga bagi si penunda. Pekerjaan menumpuk di belakang dan Anda pun lintang-pukang menyelesaikannya.
Akibat lebih lanjut, Si Penunda kehilangan banyak kesempatan, produktivitas menurun dan harus menanggung stres yang tidak perlu. Bila berlangsung terus-menerus, kebiasaan seperti ini bisa mengancam kelangsungan karier. Itu sebabnya, para pakar karier sering mengistilahkan penundaan sebagai "work silent killer". Diam-diam mematikan.
Mengakui kelemahan ini sudah merupakan pertanda bagus untuk menyembuhkan "penyakit" ini. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Sebagai langkah awal, para ahli psikologi perilaku menyarankan untuk mengetahui alasan di balik penundaan. Apakah Anda tergolong:
* Tipe perfektionist yang sulit melakukan sesuatu sampai segala sesuatunya sempurna.
* Tipe dreamer atau pemimpi yang selalu penuh dengan gagasan-gagasan besar tapi membenci hal-hal yang berurusan dengan detil.
* Tipe dreader, takut atau selalu khawatir pada tugas di tangan dan mencari berbagai cara untuk menghindarinya meski sekadar menunda.
Bila anda sudah mengetahuinya, Anda bisa membuat rencana untuk menyembuhkan penyakit suka menunda ini.
PERFECTIONIST
* Buat Prioritas
Tulis segala hal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam susunan berdasarkan tingkat kepentingan atau urgency-nya. Lebih baik menghabiskan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan tugas yang Anda anggap lebih penting, baru kemudian menyelesaikan sisanya.
*Tentukan Deadline
Meski atasan tak memberi waktu yang ketat, buatlah tenggat waktu untuk diri sendiri dan paksalah diri untuk menaatinya. Bila sulit mendisiplinkan diri sendiri, mintalah teman atau mungkin atasan untuk menyiapkan "pecut" untuk memastikan bahwa Anda tetap berada di jalur yang benar.
* Alokasikan Waktu
Beri patokan waktu pengerjaan lebih banyak dari yang Anda pikir dibutuhkan. Dengan begitu, Anda punya kesempatan untuk melakukan check and recheck.
* Enough is Enough
Pertahankan standar kerja Anda yang tinggi itu, tapi sadari juga kapan Anda harus berhenti. Contohnya, jangan habiskan waktu Anda hanya untuk mengurusi hal yang sesungguhnya kurang penting, sementara hal yang lebih prinsip jadi terabaikan.
DREAMER
* Pecahkan Ide
Bentangkan visi besar Anda, lalu pecahkan menjadi bagian-bagian kecil yang lebih spesifik, jelas dan terukur.
* Terorganisasi
Mulailah dengan perencanaan yang matang. Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan sebelum memulai pekerjaan. Buatlah daftar pekerjaan yang realistis dan lakukan pengecekan tentang apa saja yang sudah Anda selesaikan.
*Hindari Gangguan
Batasi diri dari unsur-unsur yang berpotensi melemahkan semangat Anda dan membuat Anda kembali "mengawang-awang". Misalnya, terlalu banyak berdiskusi dengan orang lain, terlalu banyak informasi yang membuat Anda bingung memilih mana yang penting atau tidak. Atau mungkin terlalu banyak memikirkannya untuk membuatnya lebih baik dan lebih baik lagi.
* Wake up!
Berpikir dan berkhayal itu penting. Tapi Anda perlu ingat bahwa Anda perlu meralisasikannya. Begitu Anda berhenti memikirkannya dan mulai mengerjakan pekerjaan itu, Anda akan merasa lebih baik dan bisa menyempurnakannya ketimbang hanya mengerjakannya dalam pikiran.
DREADER
* Small Steps
Pecahkan proyek atau pekerjaan besar menjadi bagian-bagian lebih kecil yang sepertinya lebih sanggup Anda hadapi. Begitu Anda bisa mengatasi bagian yang kecil, bagian berikutnya yang lebih besar akan lebih mudah dikerjakan karena Anda sudah lebih percaya diri.
* Pilih Waktu
Mulailah pada saat kondisi Anda sedang bagus-bagusnya. Misalnya, pada pagi hari ketika baterai Anda masih full dan pikiran masih segar. Dengan mulai sesegera mungkin, Anda juga tidak memberi kesempatan kekhawatiran bersarang di pikiran.
* Target Jangka Pendek
Buatlah tujuan jangka pendek untuk tugas yang Anda hindari. Bila Anda bisa mengatasi 15 menit pertama, Anda akan sanggup menghadapi waktu yang lebih panjang.
* Rayakan keberhasilan
Berikan penghargaan pada diri sendiri usai menyelesaikan suatu tugas yang Anda "takuti". Misalnya, dengan sekadar makan malam enak, nonton film atau beli baju baru.
Di luar semua itu, cara terbaik mengatasi kebiasaan menunda-nunda adalah menggantinya dengan kebiasaan baru. Next time, bila Anda merasa "stuck", tanyalah ke diri sendiri 'Adakah hal -sesederhana apa pun- yang bisa saya mulai kerjakan?'. Bila Anda sudah sanggup mengerjakannya, Anda telah berhasil memutuskan rantai penundaan dan berada di jalur yang benar.
Thursday, May 15, 2008
JIKA ANDA BACA PUISI
Tanpa disadari, puisi sebenarnya adalah informasi. Hanya media penuangannya saja mungkin yang berbeda.. Informasi itu datangnya dari si pembuat puisi (penyair). Selain untuk kepuasan si penyairnya sendiri, diam-diam si penyair juga mengharapkan puisi yang ia buat itu diketahui oleh orang banyak, tentunya sebagai sebuah informasi dengan cara diapresiasi. Informasi itu tentunya adalah sesuatu yang bermakna, yang dalam pengajaran puisi selanjutnya disebut sebagai amanat.
Namun, bagaimana caranya agar informasi-informasi yang ditulis si penyair itu sampai kepada para pembaca? Atau bagaimana caranya agar sebuah puisi yang dibacakan bisa mewakili perasaan-perasaan si penyair sehingga si pendengar seolah-olah langsung merasakan perasaan-perasaan si penyair lewat puisi yang dibacakan? Di sinilah perlunya “apresiasi” yang menjadi salah satu kajian dalam pengajaran sastra.
Menyikapi berbagai lomba baca puisi, rata-rata para peserta lomba belum sepenuhnya menyadari bahwa puisi itu merupakan informasi. Kasus ini hampir terjadi di mana-mana, terutama di kalangan remaja. Kebanyakan mereka terjebak dalam pembacaan yang “dipaksakan,” tidak mengalir dan tidak wajar. Informasi dari puisi yang seharusnya mudah saja diterima pendengar malah kabur dengan gerakan-gerakan dan intonasi yang tidak wajar. Tentunya akan berbahaya jika hal ini dibiarkan saja, karena akan menjadi “budaya baca puisi yang buruk.”
Puisi mempunyai unsur-unsur yang membentuknya, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur Intrinsik adalah unsur yang membentuk karya sastra dari dalam.. Unsur intrinsik terdiri dari unsur isi (tema, nada, rasa, amanat) dan unsur struktur (diksi, kata-kata kongkret, daya lukis, rima, irama, dan rima). Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang membangun karya sastra dari luar seperti masalah agama, psikologi, sosial, politik, ekonomi, ideologi, dan lain-lain.
Dengan memahami dan mengkaji kedua unsur tersebut, kiranya akan membantu kita dalam mengapresiasi sebuah puisi, baik untuk keperluan pembacaan maupun untuk kepuasaan pribadi dalam mengorek informasi-informasi yang bermakna dari si pembuat puisi.
Untuk lebih detailnya, Anda bisa lebih menyimak pengajaran puisi di semua jenjang kelas SMP.
//doc: ted/2007
Wednesday, May 14, 2008
MY SCHOOL
LUKISAN KARYA SISWA KELAS VIII SMP ITUS
Sunday, May 11, 2008
APRESIASI SEBAGAI TINDAK LANJUT DARI SEBUAH KARYA
PENILAIAN-PENILAIAN DALAM SEBUAH APRESIASI
Banyak teori dan pendekatan dalam meninjau sebuah karya seni. Namun dakam pemaparan ini hanya dikemukakan secar umum tentang bagaimana mengapresiasi karya seni, khususnya karya seni rupa.
Ada beberapa pendekatan dalam mengapresiasi karya seni, antara lain:
- Pendekatan deskriptif, yaitu mengamati dan memaparkan karya seni secara apa adanya, seperti objek gambarpenggunaan warna, komposisi, tema karya, judul karya, dan berbagai hal yang ditampilkan pada karya tersebut.
- Pendekatan analitis, yaitu mengamati objek seni berdasar kaidah-kaidah estetika yang baku, seperti aspek tema, teknik pengerjaan, asas kesenirupaan, dan makna yang terkandung di dalamnya.
- Pendekatan interpretatif, yaitu menginterpretasi karya seni berdasar sudut pandang pengamat, baik dari segi kesamaan pengalaman, kesamaan sudut pandang, unsur keindahan, atau pengetahuan pengamat.
- Pendekatan penilaian, yaitu proses memberi pengukuran, baik secara objektif maupun penilaian secara subjektif. Penilaian secara objektif didasarkan kepada pertimbangan teknis pengerjaan, sedangkan penilaian subjektif berdasar pada pertimbangan apresiatif pengamat, sehingga diperoleh kesimpulan karya itu baik atau buruk.
- Pendekatan interdisiplin, yaitu suatu karya seni dilihat dari berbagai disiplin keilmuan, seperti ilmu antropologi, psikologi, kebudayaan, agama, filsafat, ekonomi, kebahasaan, dan lain-lain.
imajiku@gmail.com
Saturday, May 10, 2008
Gaya bahasa atau majas
Gaya bahasa atau majas adalah pemanfaatan kekayaan bahasa ...
Jenis Berkas: PDF/Adobe Acrobat - Versi HTMLMeskipun ada banyak macam gaya bahasa atau. majas, namun secara sederhana gaya bahasa terdiri dari empat. macam, yaitu majas perbandingan, majas penegasan, ...
www.bisnet.or.id/vle/file.php?file=/