Tuesday, May 20, 2008

Work Silent Killer

Suka menunda pekerjaan sudah jadi penyakit umum di dunia kerja. Saking common-nya, banyak orang lantas menjadikannya pemakluman. Efek jangka pendeknya jelas: merepotkan. Bila tak segera disembuhkan, kebiasaan ini bisa jadi "penyakit mematikan".

Salah satu penelitian yang dilakukan Timothy Pychyl, Director of the Procrastination Research Group at Carleton University, Ottawa, menyebutkan, hampir 70 persen penduduk Amerika Utara memiliki problem suka menunda-nunda. Jadi, Anda tak perlu merasa sendirian.
Tapi, bukan berarti ini bisa jadi pembenaran. Dalam dunia kerja yang semakin kompetitif dan bergerak ceat, penundaan selalu berpotensi merugikan. Bukan cuma bagi perusahaan, tapi juga bagi si penunda. Pekerjaan menumpuk di belakang dan Anda pun lintang-pukang menyelesaikannya.

Akibat lebih lanjut, Si Penunda kehilangan banyak kesempatan, produktivitas menurun dan harus menanggung stres yang tidak perlu. Bila berlangsung terus-menerus, kebiasaan seperti ini bisa mengancam kelangsungan karier. Itu sebabnya, para pakar karier sering mengistilahkan penundaan sebagai "work silent killer". Diam-diam mematikan.

Mengakui kelemahan ini sudah merupakan pertanda bagus untuk menyembuhkan "penyakit" ini. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Sebagai langkah awal, para ahli psikologi perilaku menyarankan untuk mengetahui alasan di balik penundaan. Apakah Anda tergolong:
* Tipe perfektionist yang sulit melakukan sesuatu sampai segala sesuatunya sempurna.
* Tipe dreamer atau pemimpi yang selalu penuh dengan gagasan-gagasan besar tapi membenci hal-hal yang berurusan dengan detil.
* Tipe dreader, takut atau selalu khawatir pada tugas di tangan dan mencari berbagai cara untuk menghindarinya meski sekadar menunda.

Bila anda sudah mengetahuinya, Anda bisa membuat rencana untuk menyembuhkan penyakit suka menunda ini.


PERFECTIONIST
* Buat Prioritas
Tulis segala hal yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam susunan berdasarkan tingkat kepentingan atau urgency-nya. Lebih baik menghabiskan waktu lebih banyak untuk menyelesaikan tugas yang Anda anggap lebih penting, baru kemudian menyelesaikan sisanya.

*Tentukan Deadline
Meski atasan tak memberi waktu yang ketat, buatlah tenggat waktu untuk diri sendiri dan paksalah diri untuk menaatinya. Bila sulit mendisiplinkan diri sendiri, mintalah teman atau mungkin atasan untuk menyiapkan "pecut" untuk memastikan bahwa Anda tetap berada di jalur yang benar.

* Alokasikan Waktu
Beri patokan waktu pengerjaan lebih banyak dari yang Anda pikir dibutuhkan. Dengan begitu, Anda punya kesempatan untuk melakukan check and recheck.

* Enough is Enough
Pertahankan standar kerja Anda yang tinggi itu, tapi sadari juga kapan Anda harus berhenti. Contohnya, jangan habiskan waktu Anda hanya untuk mengurusi hal yang sesungguhnya kurang penting, sementara hal yang lebih prinsip jadi terabaikan.

DREAMER
* Pecahkan Ide
Bentangkan visi besar Anda, lalu pecahkan menjadi bagian-bagian kecil yang lebih spesifik, jelas dan terukur.

* Terorganisasi
Mulailah dengan perencanaan yang matang. Siapkan bahan-bahan yang dibutuhkan sebelum memulai pekerjaan. Buatlah daftar pekerjaan yang realistis dan lakukan pengecekan tentang apa saja yang sudah Anda selesaikan.

*Hindari Gangguan
Batasi diri dari unsur-unsur yang berpotensi melemahkan semangat Anda dan membuat Anda kembali "mengawang-awang". Misalnya, terlalu banyak berdiskusi dengan orang lain, terlalu banyak informasi yang membuat Anda bingung memilih mana yang penting atau tidak. Atau mungkin terlalu banyak memikirkannya untuk membuatnya lebih baik dan lebih baik lagi.

* Wake up!
Berpikir dan berkhayal itu penting. Tapi Anda perlu ingat bahwa Anda perlu meralisasikannya. Begitu Anda berhenti memikirkannya dan mulai mengerjakan pekerjaan itu, Anda akan merasa lebih baik dan bisa menyempurnakannya ketimbang hanya mengerjakannya dalam pikiran.

DREADER
* Small Steps
Pecahkan proyek atau pekerjaan besar menjadi bagian-bagian lebih kecil yang sepertinya lebih sanggup Anda hadapi. Begitu Anda bisa mengatasi bagian yang kecil, bagian berikutnya yang lebih besar akan lebih mudah dikerjakan karena Anda sudah lebih percaya diri.

* Pilih Waktu
Mulailah pada saat kondisi Anda sedang bagus-bagusnya. Misalnya, pada pagi hari ketika baterai Anda masih full dan pikiran masih segar. Dengan mulai sesegera mungkin, Anda juga tidak memberi kesempatan kekhawatiran bersarang di pikiran.

* Target Jangka Pendek
Buatlah tujuan jangka pendek untuk tugas yang Anda hindari. Bila Anda bisa mengatasi 15 menit pertama, Anda akan sanggup menghadapi waktu yang lebih panjang.

* Rayakan keberhasilan
Berikan penghargaan pada diri sendiri usai menyelesaikan suatu tugas yang Anda "takuti". Misalnya, dengan sekadar makan malam enak, nonton film atau beli baju baru.

Di luar semua itu, cara terbaik mengatasi kebiasaan menunda-nunda adalah menggantinya dengan kebiasaan baru. Next time, bila Anda merasa "stuck", tanyalah ke diri sendiri 'Adakah hal -sesederhana apa pun- yang bisa saya mulai kerjakan?'. Bila Anda sudah sanggup mengerjakannya, Anda telah berhasil memutuskan rantai penundaan dan berada di jalur yang benar.

No comments: